“Kisah untuk Senyuman”

Sebuah puisi yang diciptakan oleh saya (Rusydah Syarlina), Nadiah Khansa Nasution, Nadia Nurfauziah, Kartika Suryani, Wikan Indrianingdyah Budiharto, dan Iedtitah Fairuz Mufti mengenai bom atom dan harapan nyata di dalamnya 


“Kisah untuk Senyuman”

Pagi itu, aku berjalan seperti biasa ke sekolahku
Menatap langit, kulihat awan-awan yang berarakan
Kulangkahkan kakiku di rumput hijau sekolahku
Ku sapa guruku
Senyumnya ikhlas terpancar
Aku melihat ke sekelilingku
Teman-teman, tertawa lepas seakan tak ada beban
Aku bermain bersama mereka, bernyanyi bersama, tertawa bersama dan berlarian mengejar anak ayam di taman itu
Namun, mengapa ada firasat buruk ?
Firasat yang membuat hatiku tak tenang
Berjatuhan debu hitam ke rumput hijau sekolahku
Kutatap kembali langit pagi hari itu
Tidak sama
Awan-awan itu berwarna sangat kelabu
Tidak lagi cerah menyemangati hatiku
Debu hitam itu mengenai kulitku
Terasa menusuk dan sakit
Sebenarnya, apa yang akan terjadi ?
Terdengar gemuruh dari luar sekolahku
Membuat hatiku semakin khawatir
Kembali kutatap langit pagi itu
Terbanglah ratusan pesawat dengan sangat cepat
Pesawat berwarna hijau kehitaman itu membuat hatiku semakin takut
Gemuruh mesin pesawat itu, menusuk telingaku
Kilatan sinar putih yang menyilaukan berderang hebat di sekitarku
Ku tutup mataku
Terdengar jeritan
Dan Tangisan
Derap langkah orang berlarian
Dan seseorang menarikku untuk ikut berlari
Ku buka mataku
Dan semua kacau
Panas yang membara
Seakan membakar kulitku
Membuat otakku seakan mendidih
Apa yang telah terjadi ?
Ya Tuhan…. Tolonglah hamba-Mu ini
Berilah kesempatan hidup kepada kami
Sekali lagi
Untuk dapat merasakan, indahnya bumi ini
Pagi itu, seakan pagi yang tak kunjung malam
Waktu terasa lama, seakan tak bergerak maju sedikit pun
Kulihat kembali sekelilingku
Darah, darah, darah
Bau darah itu menusuk hidungku
Bangunan hancur
Dan ribuan tubuh tanpa nyawa bergelimpangan
Terbersit dalam pikiranku
Dunia telah berakhir
Tak kusangka, hari itu adalah hari terakhir
Terakhir kuterima nasihat bijak ayahku
Terakhir kurasakan belaian halus ibuku
Terakhir kulihat mata penuh kasih kakakku
Terakhir kutatap senyum ikhlas guruku
Terakhir kudengar tawa ringan teman-temanku
Terakhir, terakhir, terakhir
Aku terduduk
Menunduk
Menangisi keadaanku sekarang ini
Putus asa
Mengapa aku tidak ikut pergi bersama mereka ?
Bersama orang-orang yang kukasihi ?
Kumohon Ya Tuhan…
Berikan aku kekuatan
Berikan aku kekuatan untuk menghadapi ini
Berikan aku ketabahan
Untuk tetap mempertahankan hidupku
Berikan aku kekuatan hati
Untuk tetap bersyukur pada-Mu karena aku selamat
Untuk tetap dapat tersenyum
Untuk tetap dapat melangkah maju
Meskipun bom atom itu, telah merenggut segalanya dariku.

*******Untukmu Arishige Kiyotoshi
  Dari kami disini, yang terenguh oleh kisahmu

Comments

Popular Posts